Konsep Belajar Sepanjang Hayat

>> Sabtu, 27 Februari 2010

Konsep Belajar Sepanjang Hayat

1. Pengertian Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia selain berarti rancangan, konsep juga bermakna ide atau pengertian yang di abtraksikan dari peristiwa-peristiwa konkrit atau gambaran mental dan obyek proses ataupun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi memahami hal-hal lain.9

Kata konsep dari bahasa inggris (concept), yang berarti bagan, rencana, gagasan, pandangan, cita-cita (yang telah ada dalam fikiran).10

Sedangkan menurut Ibrahim Madkur, kata konsep (Inggnis concept) dipadankan dengan istilah makna kulli (Arab), yang artinya pikiran (gagasan) yang bersifat umum, yang dapat menenima generalisasi)11 Sedangkan dengan makna-makna tersebut, maka konsep yang dimaksudkan dalam pengertian ini, ialah sejumlah gagasan, ide-ide, pemikiran, pandangan ataupun teori-teori yang dalam konteks ini dimaksudkan ialah ide-ide, gagasan, pemikiran tentang belajar sepanjang hayat.

2. Belajar Sepanjang Hayat

Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang belajar terus menerus dan berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai akhir hayat, sejalan dengan fase-fase perkembangan pada manusia. Oleh karena setiap fase perkembangan pada masing-masing individu harus dilalui dengan belajar agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembanganya, maka belajar itu dimulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa dan bahkan masa tua. Bertolak dari fase-fase perkembangan seperti dikemukakan Havinghurst, berimplikasi kepada keharusan untuk belajar secara terus menerus sepanjang hayat dan memberi kemudahan kepada para perancang pendidikan pada setiap jenjang pendidikan untuk:

1. Menentukan arah pendidikan.
2. Menentukan metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan tugas perkembangannya.
3. Menyiapkan materi pembelajaran yang tepat.
4. Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangan itu.12

Dalam hubungannya dengan belajar sepanjang hayat, akan dikemukakan tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal, masa setengah baya dan orang tua, untuk memberikan pengalaman belajar yang sesuai dalam rangka belajar sepanjang hayat.

Tugas perkembangan tersebut adalah:
a. Tugas perkembangan masa dewasa awal: Memilih pasangan hidup, bertanggung jawab sebagai warga Negara, dan berupaya mendapatkan kelompok social yang tepat serta menarik.
b. Tugas perkembangan masa setengah baya: Bertanggung jawab social dan menjadi warga Negara yang baik, mengisi waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan tertentu, menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan pertambahan umur.
c. Tugas perkembangan orang tua: Menyesuaikan din dengan menurunnya kekuatan fisik, kesehatan dan pendapatan. Menyesuaikan diri dengan keadaan sebagai janda, duda, memenuhi kewajiban sosial sebagai seorang warga Negara yang baik dan membangun kehidupan fisik yang memuaskan.

Tugas-tugas perkembangan itu nampaknya disiapkan untuk belajar sepanjang hayat, yang dapat dilihat dari adanya tugas perkembangan untuk orang dewasa, setengah baya dan untuk masa tua. Tugas perkembangan ini juga amat berguna bagi pendidikan luar sekolah, di rumah dalam kehidupan rumah tangga maupun di lembaga-lembaga pendidikan yang ada di masyarakat, seperti kursus-kursus, perkumpulan sodial, agama, persatuan para lanjut usia dan sebagainya.

Dengan demikian tugas perkembangan yang harus ditempuh melalui belajar, tidak hanya dimulai dan masa kanak-kanak, tetapi berlanjut sampai masa dewasa dan masa tua. Jelas bahwa belajar berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan sepanjang kehidupan seseorang.

Dalam perspektif islam, belajar sepanjang hayat ini sebenarnya telah dicanangkan oleh Nabi SAW ratusan tahun yang silam, dengan sabdanya:
“Carilah ilmu sejak ayunan sampai ke hang lahat (al-hadits)”.14
Selain itu dipahami bahwa belajar itu sepanjang hayat, dijelaskan pula bahwa belajar adalah suatu kewajiban, sebagaimana sabdanya pula:
“Mencari ilmu pengetahuan adalah wajib atas setiap orang muslim (H.R.Abdi’I Barr)”.15

Dengan memperhatikan kedua hadits tersebut, dapat dipahami bahwa aktivitas belajar sepanjang hayat memang telah menjadi bagian dan kehidupan kaum muslimin. Sedangkan secara umum, gerakan belajar sepanjang hayat itu baru dipublikasikan di sekitar tahun 1970, ketika UNESCO menyebutnya sebagai tahun Pendidikan Internasional (International Education Year). Karena pada tahun itu dilontarkan berbagai isu pembaharuan dalam falsafah dan konsep tentang pendidikan. Latar belakang munculnya gagasan ini ialah rasa kurang puas terhadap pelaksanaan belajar melalui sistem sekolah, yang dikatakan memperlebar jurang antara yang kaya dan yang miskin. Secara eksplisit gagasan ini dilontarkan oleh Paul Lengrand dalam bukunya yang beijudul An Introduction to life Long Education. 16

Pengembangan pemikiran Lengran tersebut merubah anggapan bahwa belajar atau pendidikan itu tidak hanya berlangsung di dunia pendidikan sekolah, sedangkan di luar dunia sekolah sebenarnya secara individual, mereka terus belajar sesuai dengan kebutuhannya masing-masing dan dengan cara yang disenanginya.

Muncul dan berkembangnya konsep belajar sepanjang hayat tersebut menunjukkan bahwa pengalaman belajar tidak pernah berhenti selama manusia itu sadar dan berinteraksi dengan lingkungannya.17 Belajar sepanjang hayat sebagai asas baru, kesadaran baru, harapan baru, membawa implikasi kepada pentingya aktivitas individual mandiri guna senantiasa memburu pengetahuan, pengalaman-pengalaman baru kapanpun dan dimanapun.
Dari gagasan-gagasan baik melahui pendekatan keagamaan, maupun yang bersifat umum, dapat dipahami bahwa hakekatnya belajar itu tiada hentinya, terutama bagi orang dewasa dan orang tua agar mereka dapat mengikuti perkembangan zaman serta penemuan-penemuan baru di bidang pengetahuan dan teknologi.

Pertanyaan ialah bagaimana memberikan kesadaran kepada mereka tentang pentingnya belajar sepanjang hayat ini. Untuk memecahkan persoalan ini, antara lain Arden N Frandsen seperti dikutip oleh Sumadi Suryabrata, mengemukakan tentang hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah:
1. Adanya sifat ingin tahu menyelidiki dunia yang lebih luas
2. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju
3. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru.18

Sedangkan Abraham Maslow, sarjana dan ketua American Psychological Assosiation, mengemukakan teori tentang kebutuhan yang mendorong seseorang untuk belajar, yaitu:
a. Pshical needs
b. Safety needs
c. Love needs
d. Esteem needs
e. Self actualization need&9

Teori kebutuhan Maslow tersebut meliputi kebutuhan:
Fisik, rasa aman, cinta, harga diri dan aktualisasi diri. Berdasarkan teori ini, belajar sepanjang hayat khususnya bagi orang dewasa dan orang tua akan menjadi efektif dalam arti menghasilkan perubahan tingkah laku (perilaku), apabila isi dan cara belajarnya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan.

Hal penting yang perlu diperhatikan ialah bagaimana menyadarkan orang bahwa ia membutuhkan sesuatu seperti digambarkan oleh Maslow dari kebutuhan terendah (fisik) sampai aktualisasi diri.

Kesadaran akan kebutuhan di atas diharapkan bisa mendorong seseorang untuk belajar. Dorongan atau motivasi menurut J.P Chaplin bermakna alasan yang diasadari, yang dibenikan individu bagi satu tingkah laku.20

Dari dimensi psikologis, belajar sepanjang hayat, terutama bagi orang dewasa dan orang tua dalam situasi belajar mempunyai sikap tertentu. Karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Belajar adalah suatu pengalaman yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri. Maka orang dewasa perlu dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih mutakhir, ketrampilan baru dan sikap yang lain.
2. Orang dewasa belajar kalau ditemukannya arti pribadi bagi dirinya dan melihat sesuatu mempunyai hubungan dengan kebutuhannya.
3. Bagi orang dewasa proses belajar adalah khas dan bersifat individual. Setiap orang punya cara dan kecepatan sendiri untuk belajar dan memecahkan masalah. Dengan kesempatan mengamati cara-cara yang dipakai orang lain, Ia dapat memperbaiki dan menyempumakan caranya sendiri, agar menjadi lebih efektif.21

Memperhatikan situasi belajar bagi orang dewasa tersebut, maka salah satu teori belajar klasik, yaitu teori psikologi belajar naturalistic atau aktualisasi diri, teori ini berpangkal dari psikologi naturalistic romantic yang dipelopori Rousseau. Menurut teori ini belajar itu sebaiknya dilakukan secara wajar di alam bebas, bisa diterapkan pada pendidikan luar sekolah, terutama untuk belajar seumur hidup.

3. Implementasi Konsep

Bertolak dari dimensi psikologis di atas, implementasi konsep belajar sepanjang hayat ini bisanya tidak membutuhkan orang lain sebagai pembimbing khusus. Mereka mencari sendiri bahan-bahan pelajaran yang mereka butuhkan, mempelajari sendiri, dan mencoba menempatkannya. Jadi bagi mereka dapat belajar di mana saja dan dengan cara apa saja di lingkungan kediaman mereka. Pada hakekatnya mereka mengaktualisasi din sendiri sejalan dengan teori belajar naturalis. Namun demikian belajar sepanjang hayat dapat juga dilaksanakan secara kelompok dalam bentuk kursus-kursus, kelompok sosial dan kelompok keagamaan.

Dari segi tujuan, belajar sepanjang hayat ini pada mulanya bersifat individual, yakni untuk memperkaya kehidupan rohani atau intelektual seseorang. Pada taraf perkembangan selanjutnya belajar sepanjang hayat ini mulai mengembangkan tujuan-tujan yang bersifat sosial. Mulai disadari bahwa kegiatan belajar mengajar sepanjang hayat ini tidak hanya menguntungkan perorangan-perorangan saja, melainkan juga bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Apabila mayoritas anggota suatu masyarakat selalu melibatkan diri dalam kesibukan belajar setelah mereka memasuki berbagai lingkungan pekerjaan, maka pada umumnya masyarakat semacam ini akan menjadi lebih dinamis, lebih mudah menenima gagasan-gagasan pembaruan, dan lebih mudah pula memahami interpendensi dan interaksi yang ada antara dirinya dengan masyarakat-masyarakat lain. Suatu masyarakat dengan kegiatan belajar sepanjang hayat yang intensif akan lebih mudah membangun dirinya pada masyarakat yang tidak mengembangkan kebiasaan untuk belajar secara terus menerus.23

Di masyarakat pada umumnya kelompok yang amat membutuhkan layanan belajar sepanjang hayat adalah remaja yang putus sekolah dan orang dewasa atau orang tua yang ingin meningkatkan kehidupanya. Karena itu di tinjau dan aspek signifakasi dan relevansi konsep belajar sepanjang hayat dalam hubungannya dengan keinginan untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang ada dalam masyarakat.

Maka konsep ini merupakan wahana yang tepat dan tangguh untuk memacu kehidupan masyarakat, kalau dengan salah satu cara dapat diusahakan :
a. Bahwa sebagian besar remaja dan orang dewasa dan orang tua yang aktif dalam kehidupan kemasyarakatan benar-benar mendapatkan pelayanan belajar yang memadai dan relevan dengan kebutuhan mereka sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
b. Bahwa program-program belajar seperti ini benar-benar dikembangkan dan dilaksanakan
c. Bahwa masyarakat remaja, orang dewasa serta orang tua yang aktif dalam kehidupan kemasyarakatan benar-benar terangsang untuk mengikuti program-program belajar sepanjang hayat ini.

Belajar sepanjang hayat akan berrnanfaat apabila mendapatkan respon positif dari individu atau warga masyarakat yang memiliki kemauan dan kegemaran untuk belajar secara terus menerus, sesuai dengan kebutuhan kebutuhan masing-masing individu warga belajamya. Dengan demikian konsep belajar sepanjang hayat memiliki signifikasi di dalam masyarakat.

III. KESIMPULAN

1. Konsep belajar sepanjang hayat adalah suatu idea atau gagasan yang manyatakan bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung secara terus-menerus sepanjang kehidupan, hal ini sesuai dengan tinjauan psikologis yang menjelaskan bahwa pada setiap fase perkembangan, setiap individu perlu belajar agar dapat melaksanakan tugas-tugas pada setiap fase perkembangan tersebut.
2. Konsep belajar sepanjang hayat berusaha untuk memberikan motivasi kepada mereka yang telah selesai mengikuti pendidikan sekolah, agar tetap belajar dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupannya dengan memanfaatkan teori kebutuhan dan psikologi belajar
3. Konsep belajar sepanjang hayat memiliki signifikasi serta relevansi terhadap kualitas kehidupan individu warga belajarnya. Karena itu konsep belajar sepanjang hayat bila dihubungkan dengan keinginan untuk meningkatkan kualitas kehidupan, maka konsep ini merupakan wahana yang tepat untuk memacu usaha memajukan kehidupan umat.

Sumber :http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/26/konsep-belajar-sepanjang-hayat/

Read more...

artikel : pendidikan sepanjang hayat 2

Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat. Tuntutlah ilmu sejak buaian sampai lubang kubur. Tiada amalan umat yang lebih utama daripada belajar”.

Belajar sepanjang hayat ini dikemukakan oleh Edgar Faure dari The International Council of Educational Development (ICED) atau Komisi Internasional Pengembangan Pendidikan. Sebagai ketua Komisi tersebut Edgar Faure mengatakan : With its confidence in man’s capacity to perfect himself through education, the Moslem world was among the first to recommend the idea of lifelong education, exhorting Moslem to educate themselves from cradle to the grave. (Faure, 1972, h.8)

Islam mewajibkan pemeluknya untuk belajar dan mengembangkan kemampuan nalarnya secara terus menerus bukan saja terhadap objek-objek di luar dirinya, tetapi juga terhadap kehidupannya sendiri baik sebagai perorangan maupun sebagai suatu komunitas.

Seperti dikemukakan oleh Andrias Harefa (2000) bahwa pembelajaran akan mampu membuat manusia tumbuh dan berkembang sehingga berkemampuan, menjadi dewasa dan mandiri. Manusia mengalami transformasi diri, dari belum/tidak mampu menjadi mampu atau dari ketergantungan menjadi mandiri. Dan, transformasi diri ini seharusnya terus terjadi sepanjang hayat, asalkan ia tidak berhenti belajar, asal ia tetap menyadari keberadaannya yang bersifat present continuous, on going process, atau on becoming. Persoalannya adalah, sebagian besar manusia tidak mendisiplinkan dirinya untuk tetap belajar tanpa henti. Sebagian besar manusia berhenti belajar setelah merasa dewasa. Sikap gede rasa ini umumnya disebabkan oleh kebodohan yang bersifat sosial dan mental / psiko-spiritual. Sebagian orang merasa telah dewasa karena telah berusia di atas 17 atau 21, atau telah selesai sekolah atau kuliah, telah memiliki gelar akademis, telah memiliki pasangan hidup, telah memiliki pekerjaan dan jabatan yang memberinya nafkah lahiriah. Hal-hal itu telah membuat mereka berhenti belajar, sehingga tidak lagi mengalami transformasi-transformasi dalam kehidupannya, sehingga mereka tidak siap mengantisipasi perubahan-perubahan yang timbul. Sebaliknya bagi mereka yang senantiasa menjadikan proses belajar merupakan bagian dari kehidupannya mereka akan senantiasa siap mengantisipasi perubahan yang timbul atau bahkan perubahan yang diperoleh mereka sebagai akibat langsung dari proses belajar yang senantiasa mereka lakukan. Konsekwensi perubahan yang terjadi akan menjadi titik tolak bagi mereka untuk senantiasa terus belajar - on becoming a learner istilah yang dipakai Andrias Harefa- untuk selalu siap mengantisipasi perubahan yang akan muncul lagi sebab perubahan merupakan sesuatu yang abadi, selamanya akan muncul on and on.

Kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok diantaranya kegiatan yang terjadi pada jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.

Pada jalur pendidikan luar sekolah, sejak kehadirannya, kegiatan pembelajaran kelompok menjadi ciri utama. Dalam perkembangannya, kegiatan pembelajaran dalam pendidikan luar sekolah telah memperoleh dukungan dari berbagai teori pembelajaran dan dari pengalaman para praktisi di lapangan sehingga muncul kegiatan pembelajaran partisipatif. Dewasa ini pembelajaran partisipatif tidak saja digunakan dalam program-program pendidikan luar sekolah tetapi juga di beberapa kawasan di dunia ini, dan telah diserap serta diterapkan pada program-program pendidikan sekolah. Dengan demikian pembelajaran partisipatif telah menjadi bagian dari strategi pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan di dalam proses pendidikan baik di satuan pendidikan sekolah maupun satuan pendidikan luar sekolah.

Upaya penerapan pembelajaran partisipatif pada pendidikan sekolah dapat dipertegas dengan menekankan peranan pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar secara aktif dan partisipatif. Keterlibatan pendidik dapat meliputi dua hal penting, diantaranya, pertama, dalam penyusunan dan pengembangan program belajar serta yang kedua, dalam upaya menumbuhkan kondisi supaya peserta didik melakukan kegiatan belajar partisipatif. Keterlibatan dalam penyusunan dan pengembangan program pembelajaran, pendidik bersama peserta didik melakukan asesmen kebutuhan belajar; identifikasi sumber-sumber dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran; menyusun tujuan belajar, menetapkan komponen dan proses pembelajaran, serta melaksanakan dan menilai program pembelajaran. Keterlibatan pendidik dalam menumbuhkan situasi belajar yang kondusif bagi peserta didik untuk belajar meliputi upaya menciptakan iklim belajar yang partisipatif. Knowles mengemukakan ada tujuh langkah pendidik yang dapat membantu peserta didik untuk belajar partisipatif. Ketujuh langkah tersebut adalah membantu peserta didik untuk: (1) menumbuhkan keakraban yang mendorong untuk belajar, (2) menjadi anggota kelompok dan belajar dalam kelompok, (3) mendiagnosis kebutuhan belajar, (4) merumuskan tujuan belajar, (5) menyusun pengalaman belajar, 6) melaksanakan kegiatan belajar, dan (7) melakukan penilaian terhadap proses, hasil, dan pengaruh belajar.

Produk dari suatu proses pembelajaran baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah adalah perubahan tingkah laku peserta didik selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut mencakup ranah (domain) afektif, kognitif, dan psiko-motorik serta konatif. Ranah afektif adalah sikap dan aspirasi peserta didik dalam lingkungannya melalui tahapan penerimaan stimulus, respons, penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi diri dalam menghadapi stimulus dari lingkungan. Ranah Kognitif adalah kecakapan peserta didik yang diperoleh melalui pengetahuan, pemahaman, penggunaan, analisis, sintesis, dan evaluasi terhadap sesuatu berdasarkan asas-asas dan fungsi kelimuan. Asas keilmuan yang objektivitas, observabilitas, dapat diukur, dan bernilai guna, sedangkan fungsi keilmuan adalah menggambarkan, menjelaskan, memprediksi, dan mengandalkan. Psiko-motorik atau skills adalah penguasaan dan penggunaan sesuatu keterampilan melalui tahapan rangsangan, kesiapan merespons, bimbingan dlam melakukan respons, gerakan mekanik, respons yang lebih kompleks, adaptasi, dan melakukan sendiri. Tegasnya perubahan tingkah laku peserta didik dalam ranah afektif, kognitif, psiko-motorik, dan konatif merupakan produk pembelajaran.

Read more...

Artikel PSH

Pembelajaran Sepanjang Hayat Teras Pembangunan Modal Insan
Muhammad Hisyam Bin Mohamad
Fellow

15/02/2008 | Utusan Malaysia

Kemajuan sesuatu bangsa terletak kepada unsur-unsur kecemerlangan yang ada di dalam diri rakyat atau sumber manusianya. Sumber manusia ini bertindak sebagai penggerak kepada pembangunan dengan mengusahakan pelbagai kegiatan kehidupan yang terdapat di dalam sesebuah negara. Kalau kita perhatikan bangsa-bangsa yang maju (dahulu dan sekarang) mahupun syarikat-syarikat yang berjaya, kita akan dapati kejayaan yang diraih oleh bangsa atau syarikat tadi sememangnya berpaksikan kepada sumber manusia yang cemerlang ini.

Dan seiring dengan perkembangan semasa, kemasyhuran penggunaan istilah sumber manusia ini mula berkurangan. Sekarang kita lebih selesa dengan istilah modal insan untuk merujuk kepada sumber manusia. Istilah modal insan dilihat lebih mesra kerana sumber manusia tadi dianggap seperti modal (yakni bukan suatu beban atau tanggungan) yang perlu dijaga bagi memastikan kelangsungannya sebagai pemangkin kepada usaha pembangunan. Maka tidak hairanlah dalam pembangunan modal insan, perkara-perkara yang berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran, baik yang bersifat ilmiah, profesional mahupun vokasional diberi perhatian yang serius.

Dalam hal ini, faham pembelajaran sepanjang hayat berperanan besar dalam memastikan kemampuan yang ada dalam modal insan digilap agar dapat menghasilkan satu tahap kecemerlangan yang diinginkan oleh negara atau syarikat terbabit.

Faham pembelajaran sepanjang hayat adalah satu ilham yang terbit daripada satu laporan yang disediakan oleh Paul Lengrand yang juga merupakan pegawai yang bertanggungjawab ke atas Biro Pendidikan Dewasa (Adult Education Bureau), Pertubuhan Pendidikan, Saintifik dan Kebudayaan Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (UNESCO) pada 1965. Di dalam laporan tersebut beliau menyatakan bahawa pendidikan tidak sepatutnya terhenti pada usia kanak-kanak atau remaja. Ia perlu mengiringi seseorang itu di sepanjang hayatnya.

Manakala dalam satu laporan lain yang juga dikeluarkan oleh UNESCO yang bertajuk "Learning To Be" menyatakan bahawa capaian kepada pendidikan tidak sepatutnya dihadkan kepada golongan elit atau untuk mereka yang berada dalam lingkungan umur yang tertentu sahaja. Ia sebaliknya perlu disebatikan ke dalam keseluruhan anggota masyarakat dan kehidupan setiap ahlinya.

Apa yang lebih penting ialah faham pembelajaran sepanjang hayat membolehkan semua orang mendapatkan pengetahuan yang sepatutnya untuk membolehkannya mengambil bahagian secara cergas sebagai seorang warganegara yang bertanggungjawab.

Menurut Knassel, Meed and Rossetti (2000), kepentingan pembelajaran sepanjang hayat ini dapat dikenalpasti menerusi tiga (3) sebab utama yang dikenali juga sebagai "The Three Es" iaitu employment (pekerjaan), empowerment (memberi kuasa) dan enjoyment (keseronokan).

Dalam arus persejagatan yang dialami sekarang, kemampuan seseorang menguasai ilmu pengetahuan dan kemahiran baru merupakan kunci utama untuk mendapatkan tawaran pekerjaan. Di dalam masyarakat workaholic seperti bangsa Jepun, kesedaran tentang kepentingan pembelajaran sepanjang hayat ini mencetuskan satu keadaan yang dikenali sebagai "employability fever" di mana ahli masyarakatnya bersikap tekad untuk memiliki kelulusan atau kemahiran tertentu bagi menjamin mereka memperolehi peluang pekerjaan di dalam bidang yang mereka minati.

Jika di peringkat orang perseorangan, pembelajaran sepanjang hayat ini merupakan satu kelebihan bagi mendapatkan peluang pekerjaan tetapi di peringkat syarikat mahupun negara, ia merupakan pemangkin utama untuk meningkatkan penguasaan pasaran dan mencapai daya saing ekonomi yang mapan.

Apabila seseorang itu memperolehi pekerjaan yang diingini menerusi kesungguhannya mempelajari sesuatu yang baru atau sesebuah negara mencapai daya saing yang tinggi hasil kecemerlangan yang ditunjukkan oleh rakyatnya, secara tidak langsung mereka mempunyai lebih keupayaan atau kuasa untuk menentukan hala tuju yang ingin dicapai seterusnya. Inilah juga yang dirujuk oleh Knassel, Meed and Rossetti tadi sebagai empowerment.

Selain memberi ruang yang lebih dalam bidang pekerjaan mahupun keupayaan dalam menentukan sesuatu, pembelajaran sepanjang hayat juga merupakan satu keseronokan (enjoyment) kepada mereka yang cintakan ilmu pengetahuan dan sesuatu yang baru. Dalam banyak keadaan, belajar kerana seronok akan memudahkan lagi usaha memahami atau menghayati sesuatu perkara dan seterusnya akan mendorong seseorang itu untuk mengetahui dengan lebih lanjut lagi tentang perkara tersebut.

Jika kita ingin mengaitkan konsep pembelajaran sepanjang hayat ini dengan ajaran agama Islam, ia bukanlah sesuatu yang sukar. Malah wahyu pertama yang diturunkan kepada nabi Muhammad s.a.w di dalam surah al-‘alaq adalah berupa satu suruhan supaya baginda membaca walaupun baginda seorang yang buta huruf (ummiyy) dan sudah berusia 40 tahun pada masa tersebut.

Justeru, intisari wahyu pertama itu juga menjelaskan kepada kita bahawa Allah s.w.t mewajibkan umat manusia supaya menuntut ilmu pengetahuan. Selain daripada itu, apa yang dapat dicerap daripada wahyu ini juga ialah batas usia mahupun kekangan-kekangan yang ada, baik yang berupa halangan kebendaan, kewangan mahupun fizikal tidak seharusnya dijadikan sebagai suatu halangan kepada kita untuk menuntut ilmu kerana dalam agama Islam ia merupakan satu proses yang berterusan dan berpanjangan.

Arahan ini diperkukuhkan lagi oleh sabda nabi s.a.w di dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Majah yang bermaksud : "Menuntut ilmu adalah wajib ke atas tiap-tiap orang Islam."

Tanpa menjurus kepada satu lingkungan umur yang tertentu, kefarduan yang termaktub di dalam hadis di atas dapat difahami sebagai merangkumi semua peringkat usia umat Islam, baik yang muda mahupun yang dewasa atau yang tua, kaya mahupun miskin.

Jika kita kembali kepada sejarah kegemilangan ilmuwan Islam, pemahaman bahawa ilmu itu wajib dituntut walau dalam keadaan apa jua sekalipun telah melahirkan tokoh-tokoh terbilang seperti Iman Shafie (lahir sebagai seorang anak yatim yang miskin), Ibn Taimiyyah (lahir semasa keadaan siasah Islam berada dalam kacau bilau, al-Jahiz (seorang abdi berkulit hitam) dan lain-lain lagi.

Dalam konteks negara Malaysia, usaha untuk menyemarakkan faham pembelajaran sepanjang hayat ini dapat dilihat menerusi iltizam kerajaan yang dinyatakan di dalam Teras Kedua Misi Nasional yang dimuatkan di dalam Rancangan Malaysia Ke-9. Walaupun dalam hal ini, kerajaan kita agak terlewat jika dibanding dengan usaha yang dilakukan oleh kerajaan Korea Selatan mahupun Singapura kerana mereka bermula seawal pertengahan tahun 1990 an dan awal 2000 lagi, tetapi ia bukanlah satu alasan untuk kita tercicir daripada arus kemajuan dalam bidang keilmuan ini.

Pernyataan Teras Kedua itu antara lain menegaskan bahawa kejayaan negara bergantung kepada mutu modal insan yang dimiliki. Sehubungan dengan itu, kerajaan Malaysia telah membuat iltizam untuk melaksanakan usaha penambahbaikan sistem pendidikan negara secara menyeluruh, dari peringkat pra sekolah hinggalah ke peringkat tinggi dan juga vokasional.

Tidak seperti Knassel, Meed and Rossetti yang hanya menggariskan unsur peluang pekerjaan, keupayaan dan keseronokan sebagai dorongan utama kepada seseorang itu untuk belajar, matlamat pembangunan modal insan kerajaan Malaysia adalah lebih syumul dan bersifat lebih bersepadu (holistic). Ia berhasrat untuk melahirkan modal insan yang tinggi daya akal fikirannya tetapi pada masa yang sama mempunyai keperibadian yang unggul.

Apapun, kita sememangnya mengimpikan apa yang direncanakan kerajaan menjadi suatu kenyataan. Apalah guna menjadi satu bangsa yang maju jika kepentingan akhlak dan budi pekerti dikesampingkan. Sebaliknya kita mahu menjadi satu ummah yang seimbang dan cemerlang dalam semua perkara. Ini adalah bertepatan dengan satu hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Hakim di mana Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: Kemuliaan manusia adalah agamanya, harga dirinya (kehormatannya) adalah akalnya dan ketinggian kedudukannya adalah akhlaknya.

http://www.ikim.gov.my/v5/index.php?lg=1&opt=com_article&grp=2&sec=&key=1522&cmd=resetall

Read more...

Kertas Kerja Ilmiah PSH

PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sepanjang hayat mulai aktual saat topik itu dilontarkan oleh UNESCO sebagai pandangan tentang pendidikan yang mengantisipasi perubahan-perubahan yang ada di masyarakat seluruh dunia dan negara berkembang, UNESCO dan lembaga internasional lainnya mulai melihat problem-problem ketertinggalan, kemiskinan hanya dapat diatasi dengan pendidikan dalam format yang menyesuaikan kebutuhan dan dikenakan pads berbagai kelompok umur termasuk orang dewasa.

Saat negara-negara berkembang mulai menerapkan pendidikan dasar (basic education) yang perwujudannya adalah wajib belajar, maka mulai terasa bahwa untuk kelompok masyarakat yang kurang beruntung perlu dibantu dengan format pendidikan sepanjang hayat.

Permasalahan tidak berhenti pada buta aksara saja. Adanya fasilitas internet juga merupakan tantangan bagi mereka yang membutuhkan informasi terkini. Para ilmuan ilmu pendidikan yang semula menyatakan bahwa pendidikan berakhir pada saat individu mencapai kedewasaan kemudian memerlukan peninjauan kembali terhadap konsep-konsepnya dengan timbulnya pemikiran tentang pendidikan sepanjang hayat ini.

Arti luas pendidikan sepanjang hayat (Lifelong Education) adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan sepanjang hayat menjadi semakin tinggi urgensinya pads saat ini karena, manusia perlu terns menerus menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara wajar dalam lingkungan masyarakatnya yang selalu berubah.

B. Masalah

Sisi lain dari pendidikan sepanjang hayat adalah peluang yang luas bagi seseorang untuk terns belajar agar dapat meraih keadaan kehidupan yang lebih baik. Adapun hal-hal yang menyebabkan dan memungkinkan keadaan yang demikian itu adalah :

? Majunya ilmu dan teknologi

? Produk-produk teknologi yang perlu dipelajari karena terkait dengan alat-alat kerja

? Bagi mereka yang menggunakan alat keda berbasis teknologi

? Perubahan sosial sebagai dampak majunya ilmu dan. teknologi

? Untuk dapat memahami hal tersebut, berikut ini uraiannya yang lebih rinci.

C. Pembahasan

1. Pendidikan Telah Berlangsung Sejak Dulu Hingga Sekarang

Sejak manusia ada, pendidikan telah berlangsung. Proses pendidikan ini berlangsung secara alamiah. Tanpa belajar lewat bersekolah, anak nelayan laki-laki pada suatu ketika akan pandai menangkap ikan di tengah laut. Pemburu akan mengajarkan tanda-tanda adanya hewan yang berbahaya yang perlu dihindari sekaligus juga tahu tanda­-tanda adanya rombongan rusa yang menjadi hewan buruannya. Anak petani akan belajar cara menanam dan memeliharanya, nilai-nilai apa yang dianggap baik dan buruk di masytarakatnya secara sederhana lewat kehidupan sehari­hari karena, mengamati, mencoba-coba, mengalami hingga memperoleh penghayatan yang memadai.

Lewat Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 Nasional kita akan mendapatkan klasifikasi pendidikan formal, nonformal dan informal. Persekolahan dan Pendidikan Luar Sekolah. Pendidikan persekolahan mencakup berbagai jenjang pendidikan, jika dikehendaki akan dialami seseorang sejak umur enam tahun hingga 24 tahun (SD hingga PT).

2. Masyarakat Tradisional Tidak Banyak Mengalami Perubahan

Dalam masyarakat tradisional hampir tidak ada perubahan dalam tats kehidupannya sehingga setelah dewasa penguasaan terhadap apa yang perlu dikuasai oleh orang dewasa dapat dikatakan tuntas selesai dipelajari lewat proses pendidikan yang sederhana. Pada tingkat perkembangan tertentu, anak didik diinisiasi dengan suatu upacara adat, yang menandai ia telah meninggalkan masa kanak-kanaknya dan menjadi orang dewasa.

3. Semakin Maju Suatu Masyarakat Semakin Beragam Jenis Sumber Kehidupan

Saat ini kits menganggap wajar jika anak mempunyai sumber kehidupan yang berbeda dengan orang tuanya. Jenis pekerjaan yang menjadi sumber-sumber kehidupan seorang anak tidak selalu sama dengan jenis pekerjaan orang tuanya.

Dalam kehidupan masyarakat dapat kita amati bahwa orang tua tidak lagi mampu mempersiapkan seluruh kebutuhan hari depan anak dengan mendidiknya di rumah. Wajarr untuk masyarakat, maju seorang ayah pergi ke kantor, ibunya ke tempat kerja lainnya dan anaknya dididik orang lain di lembaga Penitipan Anak, Lembaga Pendidikan Pra Sekolah atau sekolah. Dari sini dapat disimpulkan bahwa :

? Sumber kehidupan adalah beragam pada masyarakat yang tidak tradisional. Dalam suatu kelurahan, kita temui guru, dokter, pedagang batik, dll.

? Setelah dewasa, anak tidak selalu mempunyai sumber kehidupan yang sama dengan orang tuanya.

? Anak tidak belajar untuk bekal kehidupannya melulu dari orang tuanya saja. Dari orang lain mereka belajar lewat lembaga pendidikan yang disebut sekolah, atau mungkin kurus, penyuluhan, latihan dan lain-lain.

? Apa yang harus dipelajari oleh seseorang untuk dapat hidup tidak sesederhana seperti talarn masyarakat yang tradisional. Untuk itu orang tua memerlukan orang lain atau lembaga pendidikan untuk membantu mempersiapkan anaknya menyongsong hari depan.

4. Keadaan yang Cepat Berubah

Yang mudah kita amati adalah kemajuan teknologi, yang pada dasarnya adalah penerapan sejumlah ilmu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kemajuan ilmu yang mendorong kemajuan teknologi telah menyebabkan adanya banyak perubahan di segala bidang kehidupan.

Perubahan itu dapat dipandang menguntungkan, misalnya banyak problem-problem yang mampu diatasi dengan hadirnya teknologi baru, sehingga kehidupan manusia dapat menjadi lebih mudah, praktis, bisa lebih murah, menyenangkan. Perubahan itu dapat jugs dianggap tidak menguntungkan, karena, cepatnya perubahan kadang sulit diikuti oleh mereka yang lamban, dapat menghilangkan mats pencaharian seseorang karena kerja manusia digantikan oleh mesin.

5. Perubahan Ilmu dan Teknologi Menuntut Orang untuk Menyesuaikan

Dalam masyarakat yang sudah menerapkan teknologi, perubahan yang ada kadang menuntut manusia di dalamnya untuk menyesuaikan. Dalam masyarakat industri maju, orang, akan amat tersiksa jika terbatas pengetahuannya. Semakin maju suatu masyarakat semakin menuntut agar warganya mempunyai pengetahuan yang memadai. Pengetahuan itu perlu selalu ditambah, diperbaharui selaras dengan informasi, pengetahuan baru yang ada.

Pada masyarakat yang lebih maju, menuntut warganya belajar terns belajar tanpa henti atau dengan kata lain belajar sepanjang hayat. Warga masyarakat akan mengalami kesulitan apabila, sampai ketinggalan dari pengetahuan baru yang memasyarakat.

Seorang ahli pendidikan yang bekerja untuk UNESCO, salah satu lembaga bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa untuk itu warga masyarakat tidak saja harus man belajar terns menerus, tetapi harus sekaligus gemar belajar. Hanya dengan cara demikian orang dapat menerima kemajuan ini sebagai bagian dari cara hidup yang baru, dan menerimanya tanpa beban dan keluhan.

6. Wadah Pelaksanaan Pendidikan Sepanjang Hayat

Pendidikan sepanjang hayat berwadahkan di semua lembaga pendidikan, sumber-sumber informasi, sesuai dengan kepentingan perseorangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, lembaga dari pendidikan sepanjang hayat adalah lembaga pendidikan yang selama ini kita kenal, yaitu

1. Pendidikan Persekolahan

2. Pendidikan Luar Sekolah

3. Sumber informasi baik berupa terbitan buku, majalah atau media massa baik cetak atau elektronik ataupun sajian dalam Internet.

Wadah pendidikan sepanjang hayat adalah semua lembaga pendidikan yang ada. Wadah mana yang dipakai, tergantung pada apa yang diperlukan oleh individu. Banyaknya pendidikan luar sekolah yang di awal Indonesia hanya merdeka hanya kursus mengetik, steno, dan memegang buku (administrasi keuangan) kini sudah banyak sekali ragamnya dan kurus steno semakin surut jumlahnya karma hadirnya teknologi baru.

Media belajar juga pesat perkembangannya. Secara informal orang dapat belajar lewat televisi, radio, komputer. Orang dapat, belajar di tempat, di gedung di mana lembaga pendidikan itu berada tetapi dapat pula belajar jarak jauh. Inilah perluasan wadah untuk belajar yang tedadi saat ini. Karma pendidikan sepanjang hayat berwadahkan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada, pertambahan dan perluasan lembaga pendidikan juga merupakan pertambahan dan perluasan wadah pendidikan sepanjang hayat.

7. Ragam Program

Ada banyak ragam yang menggambarkan kepentingan seseorang untuk belajar kembali, mempelajari seseuatu yang baru baginya. Berikut ini ragam dari pndidikan sepanjang hayat:

? Pendidikan untuk mempertahankan pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidupnya (dalam arti luas: kebutuhan “survival”).

? Pendidikan untuk menyesuaiakan diri dengan tuntutan bidang kerja.

? Pendidikan untuk mengembangkan diri atau meningkatkan kemampuan diri.

? Pendidikan untuk pemenuhan kebutuhan dan rekreasional.

Seperti yang telah disebutkan, tinkat kepentingan mengapa seseorang perlu belajar lagi adalah tidak sama. Ada yang sangat mendesak, ada yang sekedar untuk kepantasan dan bahkan ada yang seakan-akan untuk bersenang-senang. Untuk itu berikut uraian untuk masing-masing ragam kebutuhan mengikuti pendidikan tesebut.

8. Pendidikan untuk mempertahankan pemenuhan kebutuhaan pokok

Di daerah pedesaan banyak diselenggarakan latihan keterampilan di luar usaha tani. Dengan demikian lewat latihan yang dilaksanakan para petani yang umumnya hanya menjadi buruh tani akan mempunyai pilihan untuk berusaha di luar usaha pertanian.

Mereka mengikuti latihan dalam Balai Latihan Kerja (BLK) agar mempunyai salah satu atau beberapa keterampilan yang dapat ditawarkan dalam pasaran kerja untuk menopang kehidupannya. Oleh karena itu jenis-jenis latihan semacam ini termasuk dalam ragam pertama, yaitu suatu pendidikan untuk pemenuhan kebutuhan pokok.

9. Pendidikan untuk menyesuaiakan diri dengan tuntutan bidang kerja

Contoh tentang pegawai pabrik yang hares mengikuti latihan adalah salah satu gambarannya. Tanpa latihan itu ia akan kehilangan mata pencaharian yang menghidupinya selama ini. Seperti di negara maju yang menuntut hanya doktor yang boleh latihan semacam ini banyak sekali dilaksanakan saat ini dengan nama tugas belajar dengan bea siswa atau tanpa bea siswa, pelatihan atau penataran. Tak kurang dari pegawai rendah, guru dari semua jenjang pendidikan hingga Seorang profesor kiranya pernah mengikuti penataran yang isinya untuk penyesuaian dalam bidang ker anya, balk itu sifatnya nilai yang perlu dipahami, ilmu pengetahuan baru.

10. Pendidikan untuk mengembangkan diri atau meningkatkan kemampuan diri

Saat ini tidak ada lagi pandangan seseorang terlambat belajar sesuatu. Orang dapat berhenti belajar karena kehabisan biaya, tetapi telah merancang bekeirja dengan cars testentu agar dapat memperoleh kesempatan suatu ketika akan belajar lagi sesuai dengan cita-citanya. Pola pengembangan atau peningkatan diri tersebut tidak selalu berjalan sistematis seperti itu.

11. Pendidikan untuk pemenuhan kebutuhan dan rekreasional

Kita dapat melihat akhir-akhir ini betapa banyak orang yang gemar berolah raga. Para remaja mengikuti kursus senam, yang bertujuan untuk memperindah bentuk badan dan sekaligus memberi kesenangan secara umum. Orang yang lebih tua usianya memilih senam yang lebih ringan seperti senam sehat. Semua kegiatan senam tersebut ada pelatihnya, peserta membayar untuk ikut serta dalam latihan senam tersebut.

Sekelompok remaja ikut serta dalam klub bermain bola voli. Seorang gadis mengikuti latihan bela diri, ia telah mencapai tingkat yang cukup tinggi sehingga ia kadang membantu pelatihnya mengajar para pemula. Seorang bangsa kulit putih di Amerika seminggu sekali mengikuti pelajaran tentang aliran kepercayaan yang berasal dari India.

Dari contoh-contoh yang disajikan dapat disimpulkan bahwa ada sejumlah ragam kepertuan yang mendorong seorang belajar sepanjang hayatnya. Ada yang belajar karena terdorong alasan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Ada pula yang terdorong oleh kebutuhan penyesuaian dengan perubahan yang terjadi di bidang kerjanya. Antara ragam pertama dan kedua ini kadang hampir sama karena lapangan kerja juga sekaligus sumber mendapatkan rezeki. Perbedaannya, pendidikan/latihan pads pekerja tingkat bawah jika tidak segera dipenuhi berisiko dikeluarkan dari pekerjaan, sedang bagi karyawan tingkat atas berisiko terhambat promosinya, kenaikan pangkatnya. Selanjutnya ada yang mengikuti latihan untuk menenangkan batin, menyenangkan hati dan mengisi waktu luang. Meski kegiatan ini namanya belajar, tetapi yang bersangkutan akan belajar terus karena belajar merupakan kenikmatan.

D. Kesimpulan

Pendidikan sepanjang hayat mulai aktual saat topik itu dilontarkan oleh UNESCO sebagai pandangan tentang pendidikan yang mengantisipasi perubahan-perubahan yang ada di masyarakat seluruh dunia di negara berkembang. Perkembangan ilmu pengetahuan mendorong kemajuan-kemajuan teknologi dan membawa perubahan dalam kehidupan manusia masa ini.

Pendidikan sepanjang hayat menjadi semakin tinggi urgensinya pada saat ini karena manusia perlu terus menerus menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara wajar dalam lingkungan masyarakatnya yang selalu berubah. Proses pendidikan sepanjang hayat di samping merupakan tuntutan mass kini untuk menyesuaikan juga memberi peluang bagi seseorang untuk terus berkembang.


DAFTAR PUSTAKA

Bagchwa, M.S.D. (1991). Choice of Technology in Industry: The Economics of Grain Milling in Tanzania. Ottawa : IDRC

Coombs, Philip H., Prosser, Roy C., Manzoor Achmed. (1973). New Path of Learning. For Rural Children and Youth. USA: International Council for Educational Development.

Depdiknas. (2003). Pendidikan Untuk Semua : Mari Belajar Sepanjang Hayat. Jakarta. Depdiknas

Dirto Hadisusanto, Suryanti Sidharto, Dwi Siswaya. (1995) Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta. Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP YOGYAKARTA

Faure, Edgar, et.al. (1981). Belajar Untuk Hidup: Dunia Pendidikan Hari Kini dan Hari Esok. (terjemahan). Jakarta : Brathara Karya Aksara.

Hutchins, Robert, M. (1988). The Learning Society. England : Pelican Books.

Muhammad Dimyati. (1998). Landasan Kependidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Ditjen Dikti Depdikbud.

Norberto, Bottani. (1993). "From Child to Pupil: Winning the Game but Losing the Match", dalam Preventing School Failure. Ottawa: IDRC.

Suryati Sidharto. (1989). Pendidikan di Negara Berkembang.- Suatu Tinjauan Komparafif. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Ditjen Dikti Depdikbud.

UNDP. (1997). Human Development Report 1997. New York: Oxford- University Press.

UNDP. (2004). Human Development Report 2004 : Cultural Liberty in today's diverse world. New York. UNDP.

Unicef. (1986). The State of the World's Children 1986. London: Oxford University Press


Sumber:.http://priyakeren.multiply.com/journal/item/1/Pendidikan_Sepanjang_Hayat

Read more...

Defisini PSH

Pembelajaran Sepanjang Hayat

Dari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.

Pembelajaran Sepanjang Hayat (PSH) ataupun pembelajaran sepanjang umur bermaksud aktiviti pelajaran dan pembelajaran yang dilaksanakan sepanjang hayat khususnya orang dewasa.

PSH dianggap bermanfaat kepada individu kerana ia dapat membaiki kehidupan seseorang menerusi peningkatan kemahiran kerja, pembaikan sahsia diri dan juga penambahan ilmu pengetahuan.

Amalan Pembelajaran Sepanjang Hayat

Pembelajaran sepanjang hayat meliputi pelbagai pendekatan untuk belajar. Ini termasuklah:

  • Amalan Membaca
  • Penyertaan Kursus Jangka Pendek
  • Penyertaan Kursus Jangka Panjang
  • Penyertaan Ceramah

Read more...

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP